Karakter berasal dari bahasa Yunani yaitu
charassein yang berarti
to engrave (Ryan and Bohlin, 1999:5), yang bisa diterjemahkan dengan mengukir,
melukis, memahatkan, atau menggoreskan (Echols dan Shadily, 1995:214).
Menurut Thomas Lickona, karakter mulia (
good character) meliputi pengetahuan tentang kebaikan (
moral knowing), lalu menimbulkan komitmen (niat) terhadap kebaikan (
moral feeling), dan akhirnya benar-benar melakukan kebaikan (
moral behavior).
Dari
pengertian di atas dapat dipahami bahwa karakter identik dengan akhlak,
yang merupakan nilai-nilai perilaku manusia yang meliputi seluruh
aktivitas manusia, yang terwujud dalam pikiran, sikap, perasaan,
perkataan, dan perbuatan berdasarkan norma-norma agama, hukum, tata
krama dan budaya. Pemahaman yang baik tentang konsep akhlak merupakan
sarana yang dapat mengantarkan seseorang untuk berperilaku dan berakhlak
mulia seperti yang dipesankan oleh Nabi Muhammad saw dalam haditsnya,
yang diriwayatkan oleh Abdullan Ibn Amr, "Sebaik-baik kamu adalah yang paling baik akhlaknya." (HR. At Tirmidzi).
Orang tua adalah pendidik utama, pertama, dan terbaik untuk anak. Sebaik
apapun pendidikan di luar, tidak akan dapat menggantikan peran orang
tua sebagai pengasuh sekaligus pendidik bagi anak. Orangtua
juga merupakan tokoh utama yang dapat menjadi teladan bagi anak. Karena
rumah dan keluarga adalah yang paling bertanggung jawab dalam membentuk
anak sesuai harapan.
Pada era yang sudah serba canggih saat ini, peran orang tua dalam mengontrol perilaku anak harus sangat lebih diperhatikan. Karena apabila anak dibiarkan dan tidak dikontrol oleh orang tuanya, anak tersebut akan terbiasa bebas dengan perilaku yang kurang baik. Pengaruh lingkungan sekitar yang kuat dapat membentuk karakter sang anak. Sehingga kemudian dari kebiasaan-kebiasaan itulah terbentuk karakter anak.
Para orang tua hendaknya memanfaatkan masa emas seorang anak untuk mulai
memberikan pendidikan karakter yang baik bagi anak. Pendidikan karakter
yang diberikan kepada anak sejak usia dini bukanlah suatu hal yang
dilakukan untuk mengekang seorang anak. Tetapi
bertujuan untuk mengembangkan potensi positif pada anak yang bersesuaian
dengan fitrah anak yang baik.
Oleh karena itu pendidikan anak usia dini menjadi sangat penting dan Pemerintah pun telah menyadarinya sehingga Pemerintah telah mengeluarkan berbagai kebijakan
terkait dengan pendidikan anak usia dini (PAUD). Meskipun begitu
persoalan metodologi pembelajaran masih perlu ditingkatkan agar karakter
anak pada usia dini dapat terbentuk dengan baik. Dalam konteks
pengenalan agama, metodologi menghafal surat-surat dalam Al Quran mesti
juga dibarengi dengan contoh dan keteladanan dalam berperilaku secara
konsisten dan konskuen. Kita sering menemukan misalnya tatkala
mengajarkan anak didik akan pentingnya kesehatan tetapi ternyata masih
ada guru yang terlihat oleh anak didik merokok.
Hal-hal yang perlu diajarkan pada anak usia dini yaitu pelajaran kejujuran, kebersihan, gotong royong,
kasih sayang sesama serta berbagai perilaku baik lain perlu diungkapkan
kepada anak didik tidak hanya teori saja, akan tetapi juga secara praktek dilaksanakan oleh anak didik atas
arahan dan contoh-contoh dari orang tua dan sang guru. Sepanjang yang saya ketahui
kelemahan pendidikan anak usia dini kita baik pada lembaga yang berbasis
agama atau pun tidak adalah pada praktek dan konsistensi dalam
mengajarkan nilai-nilai kebaikan tersebut diatas.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar