Selasa, 12 April 2016

Artikel: Membentuk Karakter Islami pada Anak Usia Dini

  Karakter berasal dari bahasa Yunani yaitu charassein yang berarti to engrave (Ryan and Bohlin, 1999:5), yang bisa diterjemahkan dengan mengukir, melukis, memahatkan, atau menggoreskan (Echols dan Shadily, 1995:214). Menurut Thomas Lickona, karakter mulia (good character) meliputi pengetahuan tentang kebaikan (moral knowing), lalu menimbulkan komitmen (niat) terhadap kebaikan (moral feeling), dan akhirnya benar-benar melakukan kebaikan (moral behavior).

  Dari pengertian di atas dapat dipahami bahwa karakter identik dengan akhlak, yang merupakan nilai-nilai perilaku manusia yang meliputi seluruh aktivitas manusia, yang terwujud dalam pikiran, sikap, perasaan, perkataan, dan perbuatan berdasarkan norma-norma agama, hukum, tata krama dan budaya. Pemahaman yang baik tentang konsep akhlak merupakan sarana yang dapat mengantarkan seseorang untuk berperilaku dan berakhlak mulia seperti yang dipesankan oleh Nabi Muhammad saw dalam haditsnya, yang diriwayatkan oleh Abdullan Ibn Amr, "Sebaik-baik kamu adalah yang paling baik akhlaknya." (HR. At Tirmidzi).



    Orang tua adalah pendidik utama, pertama, dan terbaik untuk anak. Sebaik apapun pendidikan di luar, tidak akan dapat menggantikan peran orang tua sebagai pengasuh sekaligus pendidik bagi anak. Orangtua juga merupakan tokoh utama yang dapat menjadi teladan bagi anak. Karena rumah dan keluarga adalah yang paling bertanggung jawab dalam membentuk anak sesuai harapan.
   Pada era yang sudah serba canggih saat ini, peran orang tua dalam mengontrol perilaku anak harus sangat lebih diperhatikan. Karena apabila anak dibiarkan dan tidak dikontrol oleh orang tuanya, anak tersebut akan terbiasa bebas dengan perilaku yang kurang baik. Pengaruh lingkungan sekitar yang kuat dapat membentuk karakter sang anak. Sehingga kemudian dari kebiasaan-kebiasaan itulah terbentuk karakter anak.

   Para orang tua hendaknya memanfaatkan masa emas seorang anak untuk mulai memberikan pendidikan karakter yang baik bagi anak. Pendidikan karakter yang diberikan kepada anak sejak usia dini bukanlah suatu hal yang dilakukan untuk mengekang seorang anak. Tetapi bertujuan untuk mengembangkan potensi positif pada anak yang bersesuaian dengan fitrah anak yang baik.
Oleh karena itu pendidikan anak usia dini menjadi sangat penting dan Pemerintah pun telah menyadarinya sehingga Pemerintah telah mengeluarkan berbagai kebijakan terkait dengan pendidikan anak usia dini (PAUD). Meskipun begitu persoalan metodologi pembelajaran masih perlu ditingkatkan agar karakter anak pada usia dini dapat terbentuk dengan baik. Dalam konteks pengenalan agama, metodologi menghafal surat-surat dalam Al Quran mesti juga dibarengi dengan contoh dan keteladanan dalam berperilaku secara konsisten dan konskuen. Kita sering menemukan misalnya tatkala mengajarkan anak didik akan pentingnya kesehatan tetapi ternyata masih ada guru yang terlihat oleh anak didik merokok.
Hal-hal yang perlu diajarkan pada anak usia dini yaitu pelajaran kejujuran, kebersihan, gotong royong, kasih sayang sesama serta berbagai perilaku baik lain perlu diungkapkan kepada anak didik tidak hanya teori saja, akan tetapi juga secara praktek dilaksanakan oleh anak didik atas arahan dan contoh-contoh dari orang tua dan sang guru. Sepanjang yang saya ketahui kelemahan pendidikan anak usia dini kita baik pada lembaga yang berbasis agama atau pun tidak adalah pada praktek dan konsistensi dalam mengajarkan nilai-nilai kebaikan tersebut diatas.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar